Sabtu, 17 Oktober 2009

Musik Pop Yang Tidak Populer

Seperti yang kita ketahui banyak perdebatan mengenai musik pop dimasyarakat pecinta musik di tanah air. Saking banyaknya masyarakat yang kontradiktif terhadap masyarakat yang lain, yang akhirnya (entah disengaja atau tidak) memunculkan beragam argumen tentang musik pop diantara mereka. Perbedaan yang paling mencolok adalah musik pop sebagai "musik yang populer" atau musik pop sebagai "jenis musik". Untuk lebih jelasnya kita akan memetakan terlebih dahulu mana yang musik pop sebagai "musik yang populer" dan musik pop sebagai "jenis musik". Jika kita melihat musik pop sebagai "musik yang populer" tentu hal tersebut sangat terkait dengan industri, media dan pasar. Musik seperti ini diciptakan "memang untuk dijual". Seberapa pun idealismenya musik mereka jika tujuannya hanya untuk mencapai target sekian juta copy tentu masuk kedalam musik "penghilang kesadaran" atau-musik yang populer- ini. Di dalam kategori musik ini semua jenis musik bisa masuk ke dalamnya, tak hanya musik pop sebagai "jenis musik" tetapi jenis-jenis musik lain pun bisa msuk ke dalam kategori ini dari musik melayu, dangdut, rock dan genre-genre lainnya yang lebih spesifik pada jenis musik tertentu seperti hip-hop, punk, R&B, metal dsb.

Ironisnya dunia musik kita telah dipenuhi hama ini. Selanjutnya jika kita melihat musik pop senagai "jenis musik" tentu kita harus memahami terlebih dahulu musik pop sebagai "jenis musik". Musik pop sebagai "jenis musik" yaitu musik yang easy listening, mudah dicerna dan tanpa ada unsur-unsur musik lain (baik iramanya maupun alat musiknya itu sendiri) dan bisa dikatakan musik yang "lurus-lurus saja". Jadi segala jenis musik haruslah tereduksikan dari penjelasan di atas. Ada hal yang menarik dari kategori musik ini yaitu; Pertama, ada musik pop sebagai-jenis musik-yang populer. Musik ini merupakan afiliatif dan sintesis dari kedua kategori di atas. Musik inilah musik pop yang sejati. Kedua, ada musik pop sebagai-jenis musik-yang tidak populer. Ada dua tendensi yang menyebabkannya demikian. Tendensi pertama adalah karena memang tidak populer artinya tidak disukai oleh masyarakat tanpa ada kesengajaan (maksudnya musik ini tetap mencoba untuk populer tetapi memang masyarakat tidak menyukainya). Tendensi kedua adalah karena memang sengaja untuk tidak populer biasa kita sebut sebagai musik yang idealis atau musik indie-kita sebut saja begitu-yang tidak terikat dengan industri (label rekaman). Musik ini sebenarnya senantiasa hidup dari masa kemasa apalagi di zaman sekarang. Musik ini sebenarnya bisa juga menjadi musik populer tetapi mungkin karena memang karyanya yang berkualitas (perlu digaris bawahi-karya yang berkualitas-dan tanpa bermaksud untuk populer) sehingga keadaan yang menjadikannya demikian. Musik ini sebenarnya telah banyak di dunia musik di tanah air tetapi tidak sebagai "hama" seperti musik populer yang ada melainkan senagai pelepas dahaga bagi prestasi permusikkan di Indonesia karena tak bisa dipungkiri ternyata musik jenis ini lebih diakui keberadaanya dan lebih diapresiasi di mata internasional dibanding di negeri sendiri.

Musik pop sebagai-jenis musik-yang tidak populer sebenarnya tidak kalah keras bersuara dengan idealisme dan gagasan-gagasannya dibanding dengan jenis-jenis musik lain yang tidak populer juga (sebut saja musik indie). Jadi sungguh menggelikan jika ada pecinta musik tertentu yang meremehkan keberadaan musik pop sebagai "jenis musik" yang tidak populer hanya karena memeainkan musik pop! Padahal belum tentu musik pop yang mereka remehkan ternyata lebih pop dari pada musik yang mereka sukai! Selain itu dalam dunia musik kita juga telah ada "scene" masing-masing dalam bermusik. Di dalam kategori musik pop sebagai "jenis musik" yang tidak populer ada satu lagi bentuknya yang bisa dikatakan lebih ekstrem dari jenis-jenis musik yang ada yaitu "Musikalisasi Puisi". Musik ini lebih menitik beratkan pada kandungan isi liriknya tanpa mengurangi perhatian pada kulaitas musikalitasnya. Orang-orang yang memainkan musik ini lebih bisa dikatakan sebagai "Seniman" dari pada"Musisi" karena substansi bermusiknya lebih luas dari bermusik itu sendiri, tak jarang dengan memasukkan unsur-unsur kebudayaan. Maka sebaiknya masyarakat di tanah air bisa lebih "melek" dalam menikmati musik. Maju Terus Musik Indonesia!!!