Senin, 29 Juni 2009

Perpustakaan atau Bukan yang ada di Bekasi?

Beberapa waktu lalu kami melakukan sebuah observasi ke salah satu Perpustakaan Umum guna memenuhi tugas salah satu mata kuliah kami di Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat penentuan perpustakan mana yang hendak kami kunjungi, kami sepakat untuk memilih Perpustakaan Umum Kota Bekasi. Alasannya karena rumah kami lebih dekat ke Bekasi, selain itu kami juga mau mengukur sudah sejauh mana perkembangan perpustakaan di luar daerah Ibukota. Sesampainya disana kami sungguh terkejut melihat keadaan Perpustakan Umum Kota Bekasi yang letaknya masih satu komplek atau kawasan dengan Kantor Walikota Bekasi. Yang kami kejutkan bukan karena letaknya yang satu komplek dengan Kantor Walikota Bekasi tetapi karena keadaan di dalam Perpustakaan tersebut yang tidak terlihat seperti Perpustakaan. Perpustakaan tersebut terlihat seperti gudang di mana banyak sekali kardus-kardus tak terurus di dalamnya. Menurut petugas disana masih belum jelas oleh kami apakah perpustakaan tersebut baru pindah atau ingin pindah.
Terlepas dari itu ternyata di sana proses peminjaman koleksi perpustakaan atau penerimaan anggota perpustakaan tetap berjalan. Indikasinya terlihat dari rak-rak yang berjajar, bahan pustaka yang tersusun rapi sesuai dengan sistem klasifikasi DDC (Dewey Decimal Clasification) hingga seorang atau dua orang pemustaka yang ada di sana. Tentu masih dengan segala keterbatasan dan kekurangan pelayanan yang ada yang seharusnya terdapat di Perpustakaan Umum seperti Ruang Audio Visual, Layanan Internet, Layanan Perpustakan Keliling, Ruang Khusus anak Serta OPAC (Open Access Public Catalogue) pun yang wajib bagi penerapan sistem klasifikasi DDC di sana masih belum ada. Kami juga sempat menanyakan priofil Perpustakaan seperti sejarah berdirinya, visi & misinya, tugas pokoknya tetapi lagi-lagi kami tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan karena dengan alasan Perpustakaan ini masih baru, perpustakaan tersebut belum mempunya visi & misi, tugas pokok bahkan nomor telepon pun belum ada di Perpustakaan itu (Apalagi Website Perpustakaan..). Belum lagi suasana di sana sungguh jauh dari kenyamanan, kenyamanan untuk membaca tentunya.
Saat kami melakukan kunjungan yang kesekian kalinya kami melihat hal yang sungguh menggelikan yaitu adanya pedagang kue yang masuk seenaknya menawarkan dagangannya kesetiap orang yang ada di Perpustakaan tersebut, apalagi dia menawarkan kepada sebagian besar pegawai disana tanpa ada teguran. Sungguh suatu "kelambatan" atau tidak bisa dikatakan kemunduran yang mengenaskan bagi Aset Pemerintah Daerah yang sangat vital pengaruhnya bagi masyarakat ditinjau dari pusat pendidikan, informasi, penelitian, kebudayaan dan rekreasi yang nota bene adalah untuk kepentingan khalayak umum apalagi di zaman globalisasi, dizaman yang serba instant seperti ini masyarakat sangat haus akan segala hal yang serba cepay dan praktis apalagi yang berkaitan dengan informasi.
Maka jangan heran jika SDM kita masih jauh dari memuaskan apalagi bermimpi untuk lebih dari negara-negara lain jika pengimplementasian pengorganisasian di dalam sebuah organisasi pemerintahan saja masih lambat (Atau bisa dikatakan jalan di tempat), bahkan untuk kepentingan masyarakat umum. Tapi semoga saja beberapa waktu kedepan terlihat perkembangan yang signifikan bagi Perpustakaan Umum Kota Bekasi dilihat dari segala aspek seperti sistem Manajemen, Organisitoring serta pelayanannya terhadap pemustaka.