Rabu, 13 Mei 2009

Kumpulan Keanehan (Puisi/Sajak/apalah..)

“Dengan Tangis”

Aku hadir dengan tangis

Bukan tangis karena sedih

Tapi karena tak tahu apa-apa,tak tahu harus apa

Semua orang tertawa bahagia

kenapa pikirku? karena akukah?

Dalam kebingungan aku selalu dimanjakan

Dalam kebingungan aku selalu dimanjakan

Aku selalu dimanjakan

Meski makan asam garam

Aku selalu dimanjakan

Sampai saat aku terlanjur mendapatkan pelajaran

Yang mengatasnamakan pengalaman

Sembilan belas kini di balik badan

Dia pergi,selalu pergi bahkan tak mungkin kembali

Apa yang telah kudapat? Apa yang telah kulakukan?

Biarlah kedua Malaikat itu mencatatnya

Dan terus mencatatnya

Walau takjarang aku ingin sekali melupakannya

Aku tak kuasa kembali

Barang sekejap mata pun takkan mungkin kembali

Berjuta penyesalan telah kutelan

Telah banyak airmata yang terbuang

Tapi itu tidaklah cukup tidak sebanding

Dengan berjuta kali lipat nikmat & karunianya

Tanpa pamrih untukku,untukmu,untuknya,untuk mereka,untuk kalian semua

Jadi untuk apa aku menangis?

Kini aku sungguh berterima kasih pada pengalaman

Meski tak seberapa dibanding pengalamannya

Aku bertekad menjalani sisia hidupku

Meski tak selalu dengan senyuman tapi aku akan terus mencarinya

Mencari kebenaran

Bukan hanya kebenaran

Tapi kebenaran Maha Kebenaran

Agar pergi dengan tawa dan senyman

Agar aku pergi tidak dengan tangis

Semoga aku pergi tidak dengan tangis

“Batas”

Tubuhku tak bisa bergerak bebas kedunia luar

karena ada batasnya

Jika hatiku menghitam & membatu juga

Karena ada batasnya

Kadang sikap & senyumku yang hambarpun

Karena ada batasnya

Tapi tidak dengan pikiran-pikiranku

Tidakdengan cita-citaku

Dan semoga tidakpuladengan semangatku

“Simpuh”

Siangku cepat berlalu

Malaku dibanjiri peluh

Hari-hariku selalu sepertiitu

Sampai pada titikjenuh

Dan cintapun datang membantu

Tapi tak cukup dalam teguh

Ia kini tersedu

Haruskah aku bersimpuh?

Ketika angan memaks amaju

Diri ini teramat kukuh

Sampairindu yang menggebu

Tapi semuanya telah runtuh

Harskah aku bersimpuh?

Aku pasti bersimpuh

“Aku”

Aku ingin menjadi Enstein yang berpikiran cemerlang

Tapi aku tak ingin kesendirian

Aku ingin menjadi Kupu-kupu yang lepas dari kegelapan

Tapi aku tak ingin terbuai keindahan

Aku ingin menjadin Bintang yang banyak teman

Tapi aku tak ingin hilang tanpa arti jikalau Sang Mentari telah datang

Aku ingin menjadi Halilintar yang tanpa rasa takut mengeluarkan amarahnya

Tapi aku tak ingin ada yang terluka karenanya

Aku hanya ingin menjadi Aku

‘Dualisme”

Segenap jiwa & Ragaku resah tak berarah

Aku telah termakan tipu dayanya

Aku ingin sendiri tapitak sepi

Aku ingin bebas bukan berarti tanpa batas

“Ciputat”

Aku rindu lelahku

Aku rindu tetes keringatku

Aku rindu debu & asap itu

Aku rindu suara bising itu

Aku rindu lapar& dahaga itu

Aku rindu kamu

Ciputatku

“Bantah!”

Waktu takhanya pergi berlari tapi ia juga selalu datang menghampiri

Saat ini aku hanya melakukan yang terbaik

Takpeduli dengan nanti!

Lebih baik ditemani sepi yang sunyi

Daripada dalam keramaian yang penuh kemunafikan

Dengan sisa-sisa asa yang terbentuk dari setiap mimpi & segenap janji pada diri sendiri

Aku akan terus melakukanya

Bukan untuk siapa-siapa tapi untuk diriku sendiri

“Takdir”

Biarkan semua orang seperti itu karena aku tidak begitu

Takdir membrikanku berbagai ilmu tak ada yang salah dengan itu

Kini aku selalu tumbuh,kusingkirkan kesalahan-kesalahanku

Dan aku ingin terus tumbuh

“Asa”

Asa pasti selalu setia sedia

Dan harus tetap nyata

Tapi mungkin bukan sekarang

Mungkin bukan akhir siang

mungkin juga bukan sisa malam

Bahkan mungkin bukan ditengah peraduan

Dan aku tak mau terjerembab ditengah kemunafikan

Dan semoga tak ada lagi fatamorgana keindahan

“Hakekat kebenaran”

Dari setiap harinya ketika mata ini terbuka

Tak ada yang istimewa semua berlalu begitu saja

Sampai suatu saat aku menemukan keping-keping hakekat kebenaran

Terus ku cari

Hingga aku tahu apa yang harus ku lakukan

Meski tak mudah

Sungguh tidaklah mudah

Tapi pasti akan terus malakukannya

“Aku hanya Manusia”

Bintang di cakrawala di Siang hari

Mendekat ke Bumi & menghampiri

Aku hanya manusia & berdiri diatas Bumi

Tak terlihat lagi Bintang dari sini

Mungkin dia pergi karena tahu

Aku hanya Manusia

“Tuhan bakarlah Mereka”

Kujelajahi waktu

Tanpa tahu awal & akhir

Apa yang kudapat?

Aku hanya melihat wanita-wanita jalang bersekiweran

Aku hanya melihat wanita yang tak tak tahu Iman

Siapakah mereka?

Merekalah yang mencabuli anak awam

Tuhan bakarlah mereka

Telah kucoba mencaga pandangan

Tapi terlalu banyak mereka kau biarkan

Terlalu banyak mereka berkeliaran

Berilah aku sedikit kesabaran