“Dengan Tangis”
Aku hadir dengan tangis
Bukan tangis karena sedih
Tapi karena tak tahu apa-apa,tak tahu harus apa
Semua orang tertawa bahagia
kenapa pikirku? karena akukah?
Dalam kebingungan aku selalu dimanjakan
Dalam kebingungan aku selalu dimanjakan
Aku selalu dimanjakan
Meski makan asam garam
Aku selalu dimanjakan
Sampai saat aku terlanjur mendapatkan pelajaran
Yang mengatasnamakan pengalaman
Sembilan belas kini di balik badan
Dia pergi,selalu pergi bahkan tak mungkin kembali
Apa yang telah kudapat? Apa yang telah kulakukan?
Biarlah kedua Malaikat itu mencatatnya
Dan terus mencatatnya
Walau takjarang aku ingin sekali melupakannya
Aku tak kuasa kembali
Barang sekejap mata pun takkan mungkin kembali
Berjuta penyesalan telah kutelan
Telah banyak airmata yang terbuang
Tapi itu tidaklah cukup tidak sebanding
Dengan berjuta kali lipat nikmat & karunianya
Tanpa pamrih untukku,untukmu,untuknya,untuk mereka,untuk kalian semua
Jadi untuk apa aku menangis?
Kini aku sungguh berterima kasih pada pengalaman
Meski tak seberapa dibanding pengalamannya
Aku bertekad menjalani sisia hidupku
Meski tak selalu dengan senyuman tapi aku akan terus mencarinya
Mencari kebenaran
Bukan hanya kebenaran
Tapi kebenaran Maha Kebenaran
Agar pergi dengan tawa dan senyman
Agar aku pergi tidak dengan tangis
Semoga aku pergi tidak dengan tangis
“Batas”
Tubuhku tak bisa bergerak bebas kedunia luar
karena ada batasnya
Jika hatiku menghitam & membatu juga
Karena ada batasnya
Kadang sikap & senyumku yang hambarpun
Karena ada batasnya
Tapi tidak dengan pikiran-pikiranku
Tidakdengan cita-citaku
Dan semoga tidakpuladengan semangatku
“Simpuh”
Siangku cepat berlalu
Malaku dibanjiri peluh
Hari-hariku selalu sepertiitu
Sampai pada titikjenuh
Dan cintapun datang membantu
Tapi tak cukup dalam teguh
Ia kini tersedu
Haruskah aku bersimpuh?
Ketika angan memaks amaju
Diri ini teramat kukuh
Sampairindu yang menggebu
Tapi semuanya telah runtuh
Harskah aku bersimpuh?
Aku pasti bersimpuh
“Aku”
Aku ingin menjadi Enstein yang berpikiran cemerlang
Tapi aku tak ingin kesendirian
Aku ingin menjadi Kupu-kupu yang lepas dari kegelapan
Tapi aku tak ingin terbuai keindahan
Aku ingin menjadin Bintang yang banyak teman
Tapi aku tak ingin hilang tanpa arti jikalau Sang Mentari telah datang
Aku ingin menjadi Halilintar yang tanpa rasa takut mengeluarkan amarahnya
Tapi aku tak ingin ada yang terluka karenanya
Aku hanya ingin menjadi Aku
‘Dualisme”
Segenap jiwa & Ragaku resah tak berarah
Aku telah termakan tipu dayanya
Aku ingin sendiri tapitak sepi
Aku ingin bebas bukan berarti tanpa batas
“Ciputat”
Aku rindu lelahku
Aku rindu tetes keringatku
Aku rindu debu & asap itu
Aku rindu suara bising itu
Aku rindu lapar& dahaga itu
Aku rindu kamu
Ciputatku
“Bantah!”
Waktu takhanya pergi berlari tapi ia juga selalu datang menghampiri
Saat ini aku hanya melakukan yang terbaik
Takpeduli dengan nanti!
Lebih baik ditemani sepi yang sunyi
Daripada dalam keramaian yang penuh kemunafikan
Dengan sisa-sisa asa yang terbentuk dari setiap mimpi & segenap janji pada diri sendiri
Aku akan terus melakukanya
Bukan untuk siapa-siapa tapi untuk diriku sendiri
“Takdir”
Biarkan semua orang seperti itu karena aku tidak begitu
Takdir membrikanku berbagai ilmu tak ada yang salah dengan itu
Kini aku selalu tumbuh,kusingkirkan kesalahan-kesalahanku
Dan aku ingin terus tumbuh
“Asa”
Asa pasti selalu setia sedia
Dan harus tetap nyata
Tapi mungkin bukan sekarang
Mungkin bukan akhir siang
mungkin juga bukan sisa malam
Bahkan mungkin bukan ditengah peraduan
Dan aku tak mau terjerembab ditengah kemunafikan
Dan semoga tak ada lagi fatamorgana keindahan
“Hakekat kebenaran”
Dari setiap harinya ketika mata ini terbuka
Tak ada yang istimewa semua berlalu begitu saja
Sampai suatu saat aku menemukan keping-keping hakekat kebenaran
Terus ku cari
Hingga aku tahu apa yang harus ku lakukan
Meski tak mudah
Sungguh tidaklah mudah
Tapi pasti akan terus malakukannya
“Aku hanya Manusia”
Bintang di cakrawala di Siang hari
Mendekat ke Bumi & menghampiri
Aku hanya manusia & berdiri diatas Bumi
Tak terlihat lagi Bintang dari sini
Mungkin dia pergi karena tahu
Aku hanya Manusia
“Tuhan bakarlah Mereka”
Kujelajahi waktu
Tanpa tahu awal & akhir
Apa yang kudapat?
Aku hanya melihat wanita-wanita jalang bersekiweran
Aku hanya melihat wanita yang tak tak tahu Iman
Siapakah mereka?
Merekalah yang mencabuli anak awam
Tuhan bakarlah mereka
Telah kucoba mencaga pandangan
Tapi terlalu banyak mereka kau biarkan
Terlalu banyak mereka berkeliaran
Berilah aku sedikit kesabaran